senja ini kubuai puspa kamboja lewat semilir angin memboyong harummnya
Dan menuntunnya menuju dinding-dinding penciumanku
Aku terhanyak hingga bangunkan mimpi dari angan yang lama tertidur
Tersingkap mataku dan bergegas menuju lamunan yang penuh dengan air mata
Sebuah pelepasan jiwa melalui dupa-dupa yang dibakar dari tungku api
Pergi menuju alam yang dibangun dari perjalanan hidup sang jiwa selama ini
Dan mungkin akan berada disebuah tanam yang penuh bunga atau kicauan burung
Atau mungkin hidup diantara tumpukan tulang-tulang rapuh yang tersusun rapi
Aku yang tertegun haru atau aku merasa acuh serta tak mau ambil peduli
Pasti, suatu saat akan merelakan jiwaku untuk sekali saja menjadi bagian darinya
Aku akan ada disana, diam dan tak mampu berbuat dan berkata apa-apa
Mungkin hanya kerelaan dan ucapann selamat tinggal yang pantas kupasrahkan padanya
Sementara nisan menjadi symbol dari pelepasan jiwa
Diamku dalam terik matahari dan aku hanya mampu terdiam
Embun mengendap bak ikut meneteskan air mata dari perawan malam yang kesepian
Nisan itu masih basah oleh sisa embun dari kabut antarkan jiw jauh keistana sang khalik
Kumenatap apa yang ada di balik baju gemerlap yang kukenakan ini
Apakah mungkin di sana kutemukan sesosok putih jiwa yang mengisi raga ini
Ataukah mungkin hanya kegelapann dan remang-remang yang tampak diantaramya
Kupersiapkan jiwa ini lepas secara meriah penuh canda, tawa bahagia bukan isak tangis
Akan aku bawa jiwa ini menuju singgasana yang benar-benar mulia
Serta di saksikan alam yang luas penuh dengan kehidupan
Setiap detik dan nafas yang terbuang kubenahi jiwa ini
Untuk mempersiapkan diri dalam melepas jiwa nanti di kemudian hari
0 komentar:
Posting Komentar