Wudhu Mencegah Terjadinya Berbagai Penyakit Kulit

Minggu, 28 Februari 2010
Rasulullah bersabda, "Barangsiapa berwudhu dengan membaguskan wudhu'nya, maka keluarlah dosa-dosanya dari kulitnya sampai dari kuku jari-jemarinya". HR. Muslim.

Rasulullah bersabda, "Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya, (Abu Hurairah menambahkan) maka siapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya, maka lakukanlah. (HR. Bukhari dan Muslim).

Ilmu kontemporer menetapkan -setelah melalui percobaan mikroskopi terhadap tumbuhnya mikroba pada orang yang berwudhu' secara teratur dan juga kepada yang tidak teratur- bahwasannya orang yang selalu berwudhu maka mayoritas hidung mereka menjadi bersih, tidak terdapat berbagai mikroba. Oleh karena itu, adanya mikroba yang menempel pada mereka hilang sama sekali ketika mereka membersihkan hidung, dibandingkan dengan orang yang tidak berwudhu' maka tumbuh pada hidung mereka berbagai mikroba dalam jumlah yang besar yang termasuk jenis mikroba berbentuk bulat dan berklaster yang sangat berbahaya ... dan mikroba yang cepat menyebar dan berkembang-biak ... dan mikroba lainnya yang menyebabkan banyak terjadinya berbagai penyakit. Dan sudah jelas bahwasannya proses keracunan itu terjadi adanya perkembangan berbagai mikroba yang berbahaya bagi rongga hidung, kemudian sampai ke tenggorokan untuk kemudian terjadi berbagai peradangan dan penyakit, apalagi jika sampai masuk ke peredaran darah!!

Oleh karena itu, disyari'atkan untuk melakukan istinsyaaq (menghirup air ke dalam hidung) sebanyak 3 kali kemudian menyemburkannya (tetap dengan hidung) setiap kali wudhu. Adapun berkumur-kumur itu dimaksudkan untuk menjaga kebersihan mulut dan kerongkongan dari peradangan dan pembusukan pada gusi, serta menjaga gigi dari sisa-sisa makanan yang menempel gigi. Dan sudah terbukti secara ilmiah bahwa 90% orang yang mengalami kerusakan gigi jika saja mereka mau perhatian terhadap kebersihan mulutnya ketika dahulu rusak gigi-gigi mereka, dan adanya pembusukan yang terjadi disebabkan oleh makanan dan air liur dan bercampur dalam perut dan menuju ke darah. Dan dari darah itulah kemudian menyebar ke seluruh organ dan kemudian menyebabkan berbagai penyakit.
Dan sungguh, berkumur-kumur akan menyegarkan berbagai organ yang ada di wajah dan menjadi cerah. Dan uji-coba ini belum pernah dikemukakan oleh para dosen olah raga kecuali sedikit. Hal ini karena mereka hanya memperhatikan kepada organ-organ tubuh yang besar. Dan membasuh wajah dan kedua tangan sampai siku, serta kedua kaki memberikan manfaat untuk menghilangkan debu-debu dan berbagai bakteri, apalagi dengan membersihkan badan dari keringat dan kotoran lainnya yang keluar melalui kulit.

Dan juga, sudah terbukti secara ilmiah tidak akan menyerang kulit manusia kecuali apabila kadar kebersihan kulitnya rendah. Sebab manusia apabila lama beraktivitas tanpa membasuh anggota badanya, maka kulit akan mengalami berbagai peradangan yang menyerang permukaan kulit, seperti kudis. Dan kudis ini menyerang ujung jari-jari yang sebagian besar tidak dalam keadaan bersih, sehingga masuklah berbagai mikroba ke dalam kulit.

Oleh karena itu, bertumpuk-tumpuknya peradangan sangat mengundang mikroba untuk berkembang-biak dan menyebar. Maka, wudhu' telah mendahului Ilmu Pektrologi modern dan para pakar yang menggunakan karantina sebagai media untuk mengetahui berbagai mikroba dan jamur-jamur yang menyerang kulit orang-orang yang tidak suka dengan kebersihan, dimana kebersihan ini semakna dengan wudhu dan mandi dan dengan uji-coba dan penelitian.

Penelitian dan uji coba ini memberikan manfaat yang lain:

Bahwa kedua tangan banyak membawa mikroba yang terkadang berpindah ke mulut atau hidung apabila tidak dibasuh. Oleh karena itu, sangat ditekankan untuk membersihkan kedua tangan terlebih dahulu sebelum melakukan wudhu'. Dan ini menambah jelas kepada kita sabda Rasulullah:
Apabila salah seorang diantara kalian bangun dari tudir, maka janganlah mencelupkan kedua tangannya ke bejana (tempat air) sebelum mencucinya terlebih dahulu tiga kali.

Dan sudah terbukti juga bahwa peredaran darah pada organ tangan bagian atas dan lengan bawah serta organ-organ bagian bawah seperti kedua kaki dan kedua betis adalah organ-organ yang paling lemah dibandingkan organ tubuh lainnya karena jauhnya dari pusat peredaran darah, jantung. Maka apabila kita membasuhnya diserta menggosoknya, maka akan menguatkan peredaran darah pada organ-organ tersebut sehingga membantu kita menambah tenaga dan vitalitas. Dan dari itu semua, maka terketahuilah mukjizat disyari'atkannya wudhu' di dalam Islam.
Sumber: Al-I'jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah
Muhammad Kamil Abd Al-Shomad

Dr. Ahmad Syauqy Ibrahim, Anggota Ikatan Dokter Kerajaan Arab Saudi di London dan Penasihat Penderita Penyakit Dalam dan Penyakit Jantung mengatakan, "Para Pakar sampai berkesimpulan bahwa mencelupkan anggota tubuh ke dalam air akan bisa mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat, mengurangi kekejangan menjadi rileks syaraf-syaraf dan otot, hilangnya kenaikan detak jantung dan nyeri-nyeri otot, kecemasan, dan insomnia (susah tidur)". Hal ini dikuatkan oleh salah seorang pakar dari Amerika dengan ucapannya, "Air mengandung kekuatan magis, bahkan membasuhkan air ke wajah dan kedua tangan -yang dimaksud adalah aktivitas wudhu'- adalah cara yang paling efektif untuk relaksasi (menjadikan badan rileks) dan menghilangkan tensi tinggi (emosi).

Sungguh, Maha Suci Allah Yang Maha Agung ...

sumber : Facebook - group Pecinta Sayyidina Rasullah SAW

Rahasia umur

Jumat, 26 Februari 2010
Di awal zaman,
Tuhan menciptakan seekor sapi.
Tuhan berkata kepada sang sapi:
Hari ini kuciptakan kau.
Sebagai sapi engkau harus pergi ke padang rumput.
Kau harus bekerja dibawah terik matahari sepanjang hari.
Kutetapkan umurmu sekitar 50 tahun.
Sang Sapi keberatan...
Kehidupanku akan sangat berat selama 50 tahun.
Kiranya 20 tahun cukuplah buatku.
Kukembalikan kepadamu yang 30 tahun.
Maka setujulah Tuhan.

Di hari kedua, Tuhan menciptakan monyet.
Hai monyet, hiburlah manusia.
Aku berikan kau umur 20 tahun!
Sang monyet menjawab :
"What ? Menghibur mereka dan membuat mereka tertawa ?
10 tahun cukuplah.
Kukembalikan 10 tahun padamu"
Maka setujulah Tuhan.

Di hari ketiga, Tuhan menciptakan anjing.
Apa yang harus kau lakukan adalah menjaga pintu rumah majikanmu.
Setiap orang mendekat kau harus menggongongnya.
Untuk itu kuberikan hidupmu selama 20 tahun.
Sang anjing menolak :
"Menjaga pintu sepanjang hari selama 20 tahun ? No way. !
Kukembalikan 10 tahun padamu".
Maka setujulahTuhan.

Di hari keempat, Tuhan menciptakan manusia.
Sabda Tuhan: "Tugasmu adalah makan,tidur dan bersenang-senang.
Inilah kehidupan.
Kau akanmenikmatinya.
Akan kuberikan engkau umur sepanjang 25 tahun!
Sang manusia keberatan, katanya :
"Menikmati kehidupan selama 25 tahun?
Itu terlalu pendek Tuhan.
Let's make a deal.
Karena sapi mengembalikan 30 tahun usianya,
lalu anjing mengembalikan 10 tahun,
dan monyet mengembalikan 10 tahun usianya padamu,
berikanlah semuanya itu padaku.
Semua itu akan menambah masa hidupku menjadi 75 tahun.
Setuju ?"
Maka setujulah Tuhan.

AKIBATNYA...

Pada 25 tahun pertama ...
kehidupan sebagai manusia dijalankan kita makan, tidur dan bersenang-senang.

30 tahun berikutnya ....
menjalankankehidupan layaknya seekor sapi
kita harus bekerja keras sepanjang hari untuk menopang keluarga kita.

10 tahun kemudian ....
kita menghibur dan membuat cucu kita tertawa
dengan berperan sebagai monyet yang menghibur.

Dan 10 tahun berikutnya .....
kita tinggal dirumah,
duduk didepan pintu,
dan menggonggong kepada orang yang lewat

Uhuk, uhuk (batuk)... Eh, nak..mo kemana..?

Dikutip dari : jokowin.blogspot.com

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Rabu, 24 Februari 2010
I. UJI VALIDITAS
Sebelum instrument/alat ukur digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, maka perlu
dilakukan uji coba kuesioner untuk mencari kevalidan dan reliabilitas alat ukur tersebut. Uji
validitas berguna untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut valid, valid artinya ketepatan
mengukur atau alat ukur tersebut tepat untuk mengukur sebuah variable yang akan diukur.
Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga, yaitu content validity (validitas isi), construct
validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria). Uji validitas
dan realibilitas digunakan untuk menguji data yang berasal dari daftar pertanyaan atau kuesioner
responden, validitas dan reliabilitas dapat membuktikan bahwa daftar pertanyaan dalam kuesioner
yang diisi oleh responden sudah mewakili populasi atau belum.
Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner yaitu keharusan sebuah
kuesioner untuk valid dan reliabel. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada suatu
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Sedangkan suatu kuisioner dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir pertanyaan dalam suatu daftar
(konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini pada umumnya
mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Uji validitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan,
dan hasilnya dapat dilihat melalui hasil r-hitung yang dibandingkan dengan r-tabel, dimana r-tabel
dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n-2 (signifikan 5%, n = jumlah sampel).
Jika r-tabel < r-hitung maka valid Jika r-tabel > r-hitung maka tidak valid
Tipe – tipe umum pengukuran validitas :
1. Validitas Isi
Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur
dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “ sejauh
mana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak
diukur dari keseluruhan kawasan. Pengertian validitas “ mencakup keseluruhan kawasan isi “,
tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur tersebut harus komprehensif isinya, tetapi harus pula
memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.
Walaupun isi atau kandungannya komprehensif tetapi bila suatu alat ukur mengikutsertakan
pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka
validitas alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri-ciri validitas yang sesungguhnya.
Validitas isi terbagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity
(validitas logis).
a. Face Validity (Validitas Muka)
Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya
didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai
dengan apa yang ingin diukur, maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi. Dengan
alasan kepraktisan banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya mengandalkan validitas
muka.
b. Logical Validity (Validitas Logis)
Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling. Validitas tipe ini menunjuk pada
sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur. Untuk
mempeoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga
benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur secara
keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi
lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Validitas logis memang sangat
penting peranannya dalam penyusunan tes presentasi dan penyusunan skala, yaitu dengan
memanfaatkan blue-print atau table spesifikasi.
2. Validitas Konstruk
Validitas konsturk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana alat ukur mengungkap
suatu konstruk teoritis yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstruk merupakan proses
3
yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Walaupun
pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis statistic yang lenih kompleks
daripada teknik yang dipakai pada pengujian validitas empiris lainnya, tetapi validitas konstruk
tidaklah dinyatakan dalam bentuk koefisien validitas tunggal.
3. Validitas Berdasar Kriteria
Pendekatan validitas berdasarkan kriteria menghendaki tersedianya criteria eksternal yang
dapat dijadikan dasar pengujian suatu alat ukur. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan
diprediksikan oleh suatu alat skor. Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria, maka
dilakukan komputasi korelasi antara skor alat ukur dengan skor kriteria. Validitas berdasar criteria
menghasilkan dua macam validitas, yaitu validitas prediktif (predictive validity) dan validitas
konkruen (concurrent validity).
Dalam praktiknya, validitas berdasarkan krteria yang sering dilakukan oleh praktisi peneliti,
yaitu dengan melakukan korelasi Pearson Product Moment antar item kuesioner dengan jumlah
skor kuesioner. Akan tetapi, jika uji ini tidak dapat menganalisis hubungan antar item dalam
instrument secara simultan sebagaimana metode multivariat.
Saat ini telah dikembangkan bermacam teknik analisis multivariat, salah satu diantaranya
adalah analisis faktor konfirmatori yang sangat berguna untuk pengujian validitas dan reliabilitas
instrument yang digunakan dalam penelitian.
a. Validitas Prediktif
Validitas prediktif sangat penting artinya bila alat ukur dimaksudkan untuk berfungsi
sebagai prediktor bagi kinerja di masa yang akan datang. Contoh validitas prediktif yaitu :
- Seleksi penerimaan karyawan baru
- Bimbingan karir
- Penempatan karyawan
- Seleksi penerimaan mahasiswa baru
Contohnya adalah pada saat kita melakukan pengujian validitas alat ukur kemampuan
yang digunakan dalam penempatan karyawan. Kriteria yang terbaik antara lain adalah
kinerjanya setelah karyawan tersebut betul-betul ditempatkan sebagai karyawan dan
melaksanakan tugasnya selama beberapa waktu. Skor tersebut dapat diperoleh dengan
cara menggunakan indeks produktivitas dan rating yang dilakukan oleh atasan.
b. Validitas Konkruen
Validitas konkruen tepat digunakan apabila skor alat ukur kriterianya dapat diperoleh dalam
waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor tersebut merupakan koefisien validitas
konkruen. Untuk menguji validitas skala, maka dapat menggunakan skala kecemasan yang
telah lebih dahulu teruji validitasnya, seperti alat ukur TMAS (Tylor Manifest Anxiety Scale).
Validitas konkruen merupakan indikasi validitas yang memadai apabila alat ukur tidak
digunakan sebagai suatu prediktor dan merupakan validitas yang sangat penting dalam
situasi diagnostik. Bila alat ukur dimaksudkan sebagai prediktor, maka validitas konkruen
tidak cukup memuaskan dan validitas prediktif merupakan keharusan.
Uji Validitas dengan Korelasi Parson Product-Moment
Dalam praktiknya penggunaan uji validitas dengan rumus rxy, yaitu Pearson Product
Moment merupakan uji beda dari alat ukur tersebut, yaitu uji yang membedakan antara
kelompok atas dengan kelompok bawah, dalam arti bahwa jawaban kelompok atas
seharusnya mampu menjawab (nilai skor 1) dan kelompok bawah seharusnya tidak mampu
menjawab (nilai skor 0).
Kelemahan menggunakan uji ini adalah apabila jumlah responden (sampel) yang
digunakan cukup besar, maka akan berdampak pada tingginya koefisien korelasi rxy,
sehingga berdampak pada tingginya koefisien korelsi rxy dan berdampak pada
kecenderungan untuk menjadi valid pada item tersebut. Parameter dari hasil uji rxy adalah
besarnya koefien korelasi pearson prduct moment antara 0,0 sampai 1 dikatakan valid bila
besarnya rxy hitung lebih besar rxy tabel, koefisien korelasi > dari 0,50. Uji korelasi
dilakukan dengan cara mengkorelasikan item alat ukur dengan jumlah keseluruhan item
alat ukur yang ada.
Rumus umum koefisien korelasi Pearson product Moment adalah sebagai berikut :
r = (N ΣX.Y – ΣX. ΣY) / (√ { N ΣX2 - (ΣX)2 } { N ΣY2 - (ΣY)2 })
4
II. UJI RELIABILITAS
Reliabilitas adalah keandalan/konsistensi alat ukur (keajegan alat ukur), sehingga reliabilitas
merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang
berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan
disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Setelah dilakukan uji validitas, maka harus dilanjutkan
dengan menggunakan uji reliabilitas data. Alat ukur yang reliabel pasti terdiri dari item-item alat
ukur yang valid. Sehingga, setiap reliabel pasti valid, namun setiap yang valid belum tentu reliabel.
Rumus yang sering digunakan untuk uji reliabilitas adalah Alpha Cronbach, Spearman Brown,
Kristoff, Angoff, dan Rullon
Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan.
Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka reliabel
Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,60 maka tidak reliabel Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir pertanyaan yang ada dalam sebuah angket, apakah isi dari butir pertanyaan tersebut sudah valid dan reliabel. Analisis dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu, baru diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, baru otomatis ia dibuang. Butir-butir yang sudah valid baru kemudian secara bersama diukur reliabilitasnya. Pengukuran reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan cara : 1. Repeated Measure atau ukur ulang. Disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu berbeda, dan kemudian dilihat apakah dia tetap konsisten dengan jawabannya. 2. One short atau sekali saja. Di sini pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain. CONTOH KASUS Seorang mahasiswa bernama Andi melakukan penelitian dengan menggunakan skala untuk mengetahui atau mengungkap prestasi belajar seseorang. Andi membuat 10 butir pertanyaan dengan menggunakan skala likert, yaitu : Angka 1 = sangat tidak setuju Angka 2 = tidak setuju Angka 3 = setuju Angka 4 = sangat setuju Setelah membagikan skala kepada 12 responden didapatlah tabulasi data-data sebagai berikut : Subjek Skor Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 3 2 2 3 1 2 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 5 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 6 3 2 4 4 3 4 4 3 4 4 7 2 3 3 4 4 4 3 4 2 3 8 1 2 2 1 2 2 1 3 4 3 9 4 2 3 3 4 2 1 1 4 4 10 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 11 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 12 3 2 1 2 3 1 1 2 3 3 Untuk type data pilih sesuai dengan data soal a. numeric, jika data yang dimasukkan berupa angka b. character, jika data yang dimasukkan berupa huruf Tahap-tahap Analisis : 1. lakukan pengujian dengan program R atau SPSS 2. Untuk menganalisis uji validitas hanya dibutuhkan nilai dari r(item,total) atau “corrected item total correlation” yang dinyatakan sebagai r-hitung 3. Analisis Validitas : a. Untuk mendapatkan nilai r-tabel diperoleh melalui df (degree of freedom) df = n – 2, dimana n adalah jumlah sampel b. df = 12-2 = 10, dengan tingkat signifikansi 0,05 dan uji 2 sisi maka diperoleh r-tabel = 0,576 c. analisis butir pertanyaan (setiap nilai r-hitung)  pada skor 1, (r-hitung = 0,4113) < (r-tabel = 0,576), maka tidak valid  pada skor 2, (r-hitung = 0,6151) > (r-tabel = 0,576), maka valid
 pada skor 3, (r-hitung = 0,8217) > (r-tabel = 0,576), maka valid
 pada skor 4, (r-hitung = 0,7162) > (r-tabel = 0,576), maka valid
 pada skor 5, (r-hitung = 0,5603) < (r-tabel = 0,576), maka tidak valid  pada skor 6, (r-hitung = 0,7764) > (r-tabel = 0,576), maka valid
 pada skor 7, (r-hitung = 0,6784) > (r-tabel = 0,576), maka valid
 pada skor 8, (r-hitung = 0,5679) < (r-tabel = 0,576), maka tidak valid  pada skor 9, (r-hitung = 0,0887) < (r-tabel = 0,576), maka tidak valid  pada skor 10, (r-hitung = - 0,0800) < (r-tabel = 0,576), maka tidak valid c. Dari hasil analisis di atas, didapat bahwa : 1) skor 2, skor 3, skor 4, skor 6 serta skor 7 valid, karena nilai r hitung > r tabel.
10
2) Sedangkan skor 1, skor 5, skor 8, skor 9 dan skor 10 tidak valid, sehingga
diperlukan perbaikan pada item-item skor tersebut.
Analisis Reliabilitas :
a. Untuk uji reliabilitas, pada output window
Perlu diingat bahwa skor yang valid hanya skor 2, skor 3, skor 4, skor 6 serta skor 7 saja,
maka skor yang akan diuji hanya skor tesebut saja, sedangkan untuk skor yang tidak valid,
maka diabaikan saja dan sampelnya menjadi 5 saja.
b. Jika nilai Alpha reliability > dari 0,6 maka keseluruhan butir pertanyaan dinyatakan reliabel
c. Contoh : Alpha reliability = 0,837 > 0,6 maka dinyatakan reliabel
d. Kesimpulan :
Setelah dilakukan uji Reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach, maka ke-5 skor
pertanyaan tersebut adalah reliabel, sehingga dapat digunakan untuk alat ukur pengujian selanjutnya.