Translasi Mata Uang Asing

Kamis, 19 Mei 2011
Metode translasi ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis metode yang menggunakan kurs translasi tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang domestik dan metode yang menggunakan berbagai macam kurs.

Metode Kurs Tunggal
Metode kurs tunggal menerapkan satu kurs nilai tukar yaitu kurs terkini atau kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Untuk menggunakan pos-pos ini umunya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan metode ini, laporan keuangan sebuah operasi asing memiliki domisili pelaporannya sendiri : lingkungan mata uang local dimana perusahaan afiliasi asing melakukan usahanya.
Berdasarkan metode kurs kini, pelaporan konsolidasi tetap mempertahankan hubungan laporan keuangan perusahaan secara individu pada awalnya pada saat seluruh pos-pos laporan keuangan dalam mata uang asing ditranslasikan dengan menggunakan kurs tunggal. Metode kurs kini, mengasumsikan bahwa seluruh aktiva dalam mata uang local menghadapi risiko nilai tukar karena kurs nilai tukar mengubah nilai seluruh aktiva kiniluar negri dalam ekuivalen mata uang induk perusahaan setiap kali terjadi perusahaan nilai tukar. Hal ini jarang sekali sesuai dengan kenyaan ekonomi, karena persediaan dan aktiva tetap umumnya didukung oleh inflasi lokal. 

Metode Kurs Berganda
Metode ini menggabungkan kurs nilai tukar historis dengan dan kurs nilai tukar kini dalam proses translasi.

Metode Kini – Nonkini
Bersadarkan metode ini, aktiva lancar dan kewajiban lancar anak perusahaan luar negri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancar ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan sebesar kurs historis yang tercatat saat aktiva tersebut diperoleh.
Metode ini tidak mempertimbangkan unsure ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahunan untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar.
Metode Moneter – Nonmoneter
Metode ini juga menggunakan skema klasifikasi neracauntuk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Metode ini melihat bahwa aktiva dan kewajiban menghadapi risiko mata uang asing. Metode ini bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat.
Metode ini juga mendistrosikan margin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi historis.

Metode Temporal
Dengan menggunakan metode ini, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metodr ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur malainkan hanya mengubah unit pengukuran. Berdasarkan metode ini, pos-pos moneter seperti kas, piutang dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos nonmoneter ditranslasikan dengan kurs yang mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya. Secara khusus aktiva yang dinilai dalam laporan mata uang asing sebesar biaya historis ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Metode ini dirancang untuk mempertahankan dasar teori pengukuran akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan yang hendak ditranslasikan.
Sumber : Buku Akuntansi Internasional Frederick D. S. Choli, Gery K. Meek

0 komentar:

Posting Komentar